1.3 Instalasi
Listrik dari Pusat Listrik
Boleh
dikatakan bahwa semua pusat listrikyang disebut dalam Subbab 1.2 membangkitkan
arus bolak-balik tiga fasa dengan menggunakan generatot sinkron.
Gambar 1.1 menggambarkan diagaram satu garis
instalasi tenaga liistrik sebuah pusat listrik yang sederhana.
Tegangan generator yang paling
tinggi yang dapat dibangkitkan adalah 23 KV. Pada saat ini, dalam tingkatan riset sedang dikembangkan
generator yang dapat membangkitkan tegangan sampai 150 KV.
Pusat listrik yang sudah
dioperasikan secara komersial saat ini seperrti yang digambarkan oleh gambar 1.
Yaitu tegangan dari generator dinaikkan dahulu dengan menggunakan
transformator, baru kemudian dihubungkan ke rel melalui pemutus tenaga (PMT).
Pemutus tenaga addalah saklar tegangan tinggi yang mampu memutus arus gangguan.
Arus gangguan besarnya dapat mencapai beberapa ribu kali besarnya arus operasi
normal.
Di depan dan di belakang setiap
pemutus tegangan harus ada pemisah (PMS), yaitu saklar yang hanya boleh
dioperasikan (ditutup dan dibuka) dalam keadaan tidak ada arus yang melaluinya,
tetapi posisi pisau saklar harus
terlihat jelas. Hal ini diperlukan berkaitan dengan masalah keselamatan kerja
pada saat instalasi tegangan tinggi akan dibebaskan dari teganagan karena akan
disentuh orang misalnya untuk pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan.
Semua generator sebagai penghasil
energy dihubungkan dengan rel (busbar). Begitu pula semua saluran keluar dari
pusat listrik dihubungkan dengan rel pusat listrik. Saluran keluar dari rel
pusat listrik ada yang berfungsi mengirim tenaga listrik dalam jumlah besar ke
lokasi lain ada yang berfungsi untuk menyediakan tenaga listrik di lokasi
sekitar pusat listrik tersebut berada, bahkan selalu ada saluran (feeder atau
penyulang) yang berfungsi menyediakan tenaga listrik bagi keperluan pusat
listrk itu sendiri. Pusat listrik memerlukan tenaga listrik untuk lampu
penerangan dan untuk menjalankan motor-motor listrik seperti : motor listrik
penggerak pompa air pendingin, motor listrik penggerak penyejuk udara, motor
listrik penganagkat, dan lain-lain.
Dalam pusat listrik juga ada
instalasi listrik arus searah. Arus searah diperlukan untuk menggerakkan
mekanisme pemutsus tegangan (PMT) dan untuk lampu penerangan darurat. Sebagai
sumber arus searah digunakan baterai aki yang diisi oleh penyearah.
1.4 Masalah
Utama dalam Pembangkitan Tenaga Listrik
Sebagaimana
diuraikan dalam Subbab 1.1, proses pembangkitan tenaga listrik pada prinsipnya
merupakan konversi energi primer menjadi energy mekanik penggerak generator
yang selanjutnya energy mekanik ini dikonversi oleh generator menjadi tenaga
listrik. Proses yang demikian ini menimbulkan masalah-maslah sebagai berikut :
a.
Penyediaan Energi Primer
Energi primer untuk
pusat listrik termal adalah bahan bakar. Penyediaan bahan bakar meliputi :
§ Pengadaan
§ Transportasi
§ Penyimpanannya
Terutama
yang memerlukan perhatian terhadap resiko kebakaran. Energi primer untuk PLTA
adalah air. Penggadaanya dari sungai dan hujan, sedangkan penyimpanan di waduk.
Untuk PLTA, konservasi hutan pada daerah aliran sungai (DAS) sangat penting
agar hutan berfungsi sebagai penyimpan air sehingga tidak timbul banjir di
musim hujan dan tidak terjadi kekeringan di musim kemarau.
b.
Penyediaan Air Pendingin
c.
Masalah Limbah
d.
Masalah Kebisingan
e.
Operasi
f.
Pemeliharaan
g.
Gangguan dan Kerusakan
h.
Penggembangan Pembangkitan
i.
Perkembangan Teknologi
Pembangkitan
1.5 Sistem
Interkoneksi
Pusat
listrik yang besar, di atas 100 MW, umumnya beroperasi pada sistem
interkoneksi. Pada sistem interkoneksi terdapat banyak pusat listrik dan banyak
pusat beban (yang disebut Gardu Induk, disebut GI) yang dihubungkan satu sama
lain oleh saluran transmisi. Di setiap GI terdapat beban berupa jaringan
distribusi yang melayani para konsumen tenaga listrik. Jaringan distribusi
beserta konsumen ini merupakan suatu subsistem distribusi. Subsistem dari stiap
Gi umumnya tidak mempunyai hubungan listrik satu sama lain (lihat gambar 1.2)
Gambar 1.2
memperlihatkan sebagian sistem interkoneksi yang terdiri dari sebuah pusat
listrik, dua buah GI beserta subsistem distribusinya. Karena operasi
pusat-pusat listrik dalam sistem interkoneksi saling mempengaruhi system sama
lain, maka perlu ada koordinasi operasi. Koordinasi operasi ini dilakukan oleh
pusat pengatur beban. Koordinasi terutama meliputi :
§ Koordinasi
pemeliharaan
§ Pembagian
beban yang ekonomis
§ Pengaturan
frekuensi
§ Pengaturan
tegangan
§ Prosedur
mengatasi gangguan
1.6 Sistem
Interkoneksi
Setelah
tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat listrik, maka tenaga listrik ini
disalurkan (ditransmisikan) lalu didistribusikan kepada para konsumen tenga
listrik. Proses penyediaan tenaga listrik bagi para konsumen ini secara singkat
digambarkan oleh gambar 1.3. Gambar 1.3 sesungguhnya merupakan salah satu
bagian dari sistem interkoneksi yang digmbarkan oleh Gambar 1.2.
Dalam pusat
listrik, energi primer dikonversikan menjadi energi listrik. Kemudian energi
listrik ini dinaikkan tegangganya untuk disalurkan melalui saluran transmisi.
Tegangan transmisi yang digunakan oleh PLN: 70KV, 150KV, 275 KV, 500KV. PT.
Caltex Pacific Indonesia yang beroperasi di daerah Riau menggunakan tegangan
transmisi 110KV dan 230KV. Sedangkan PT. Inalun di Sumatera Utara menggunaka
tegangan transmisi 220 KV. Saluran transmisi dapat berupa saluran udara atau
saluran kabel tanah.
PLN menggunakan frekuensi 50 Hz. Sedangkan PT.
Caltex menggunakan frekuensi 60 Hz. Di Gardu Induk (GI), tegangan diturunkan menjadi
tegangan distribusi primer. Tegangan
distribusi primer yang digunakan PLN adalah 20 kV. Sedangkan PT. Caltex
menggunakan tegangan distribusi primer 13,8 kV.
Dari GI, energi didistribusikan melalui
penyulang-penyulang distribusi yang berupa saluran udara atau saluran kabel
tanah. Pada penyulang-penyulang
distribusi ini terdapat gardu-gardu distribusi. Fungsi gardu distribusi adalah
menurunkan tegangan distribusi primer menjadi tegangan rendah 380/220 Volt yang
didistribusikan melalui jaringan tegangan rendah (JTR). Konsumen tenaga listrik
disambung dari JTR dengan menggunakan sambungan rumah (SR). Dari SR, tenaga
listrik masuk ke alat pembatas dan pengukur (APP), terlebih dahulu sebelum
memasuki instalasi rumah milik konsumen. APP berfungsi untuk membatasi daya dan
mengukur pemakaian energi listrik oleh konsumen.
1.7 Mutu
Tenaga Listrik
Dengan
makin pentingnya peranan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
bagi keperluan industry, maka mutu tenaga listrik juga menjadi tuntutan yang
makin besar dari pihak pemakai tenaga listrik.
Mutu tenaga listrik ini meliputi :
a.
Kontiunitas
penyediaan : apakah tersedia 24 jam sehari sepanjang tahun.
b.
Nilai
Tegangan : apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
c.
Nilai
frekuensi : apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
d.
Kedip
tegangan : apakah besarnya dan lamanya masih dapat diterima
oleh pemakai tenaga listrik.
e.
Kandungan
Harmonisa : apakah jumlahnya masih dalam batas-batas yang dapat
diterima oleh pemakai tenaga listrik.
Unsur-unsur a sampai dengan e
tersebut di atas dapat direkam sehingga masalahnya dapat dibahas secara
kuantitatif antara pihak penyedia dan pemakai tenaga listrik.
Gambar 1.4 menunjukkan power network analyzer tipe TOPAS 1000 buatan LEM. Alat ini antara
lain mampu melakukan perekaman :
a)
Arus
dan tegangan dalam keadaan normal maupun transien.
b)
Harmonisa
yang terkandung dalam tegangan.
c)
Kedip
tegangan, variasi tegangan, dan kemiringan tegangan.
d)
Frekuensi.
RANGKUMAN
Dalam bab ini
telah diperkenalkan secara singkat tentang jenis-jenis pusat listrik,
instalasi listrik dari pusat listrik,
masalah-masalah utama dalam pembangkitan energi listrik, proses penyediaan
listrik serta mutunya.